JAKARTA, RMNEWS.ID- Starbucks mengumumkan akan menutup sekitar 1 persen gerainya di Amerika Utara dan beberapa gerai di Inggris pada bulan ini.
Langkah tersebut dibarengi dengan pemangkasan 900 karyawan di kantor pusat sebagai bagian dari rencana restrukturisasi senilai 1 miliar dollar AS, dikutip dari CNBC, Sabtu (27/9/2025).
CEO Starbucks mengatakan, langkah perombakan ini bertujuan untuk mengurangi waktu tunggu pelanggan dan menghidupkan kembali penjualan.
Keputusan ini muncul setelah pada Februari lalu Starbucks juga telah memangkas 1.100 pekerjaan dan menyederhanakan menu di AS untuk mendorong penjualan yang lesu di pasar utamanya.
“Ini adalah langkah yang lebih besar, dan kami paham akan berdampak pada karyawan maupun pelanggan,” kata CEO Starbucks, Brian Niccol.
Dalam surat kepada karyawan, Niccol menyebut bahwa gerai yang ditutup umumnya adalah yang gagal memenuhi ekspektasi pelanggan maupun karyawan.
Gerai-gerai tersebut juga diperkirakan tidak memiliki prospek keuangan yang baik.
Adapun pekerjaan yang akan dipangkas di Amerika sebagian besar adalah posisi staf pendukung (support staff).
Pada Juli lalu, Starbucks melaporkan penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut di gerai AS yang sudah beroperasi lebih dari setahun.
Padahal, AS merupakan pasar terbesar dan terpenting bagi perusahaan ini.
Selain persaingan, Starbucks menghadapi tantangan dari pelanggan yang semakin keberatan dengan harga.
Survei UBS terhadap 1.600 konsumen menunjukkan lebih dari 70 persen responden menilai harga tinggi sebagai alasan mereka akan lebih jarang mengunjungi Starbucks dalam 12 bulan ke depan.
Masalah ini paling terasa pada konsumen dengan pendapatan di bawah 100.000 dollar AS per tahun.**
Redaktur: Gusti Rangga
Sumber: CNBC