JAKARTA, RMNEWS.ID- Penyidik kepolisi Peru terus melakukan penyelidikan atas pembunuhan Zetro Leonardo Purba, pejabat diplomatik Kedutaan Indonesia.
Lima warga Venezuela anggota geng kriminal telah ditangkap terkait pembunuhan Zetro.
Muncul beragam spekulasi terkait motif dari pembunuhan ini mengingat Zetro dinilai bukan orang yang ‘macam-macam’.
Seperti dilansir laman CNN, pembunuhan Zetro Leonardo Purba di distrik Lince, Lima, mendorong Kepolisian Nasional Peru (PNP) untuk menetapkan hipotesis utama bahwa kejahatan ini terkait dengan mafia yang bergerak di bidang perdagangan manusia.
Polisi menyelidiki hubungan pembunuhan dengan kawasan komersial Risso, yang dikenal dengan keberadaan organisasi kriminal yang mengelola jaringan prostitusi informal dan praktik mucikari.
Para penyidik memusatkan penyelidikan pada pengaruh kelompok yang menguasai wilayah di Lince. Kawasan itu memiliki catatan kekerasan terkait eksploitasi seksual dan aktivitas kriminal lainnya.
Dalam konteks ini, hipotesis polisi menyatakan bahwa pembunuhan Purba kemungkinan merupakan balas dendam dari mafia yang menguasai area tersebut, yang sering bersaing untuk mempertahankan wilayah operasi mereka.
Di antara organisasi yang disebut, menonjol kelompok bernama One Family, dipimpin oleh Dany Zapata, yang dikenal sebagai ‘El Chino’.
Struktur kriminal ini diduga telah mengkonsolidasikan kontrol atas aktivitas ilegal di Lince dan sekitarnya.
Polisi menunjuk Zapata sebagai tersangka utama karena latar belakang kekerasannya dan konflik internal terkait penguasaan distrik.
Selama pemeriksaan ponsel Zetro Purba, penyidik menemukan kontak dengan wanita asal Venezuela dan Kolombia.
Hipotesis polisi mempertimbangkan bahwa hubungan ini bisa memberikan petunjuk mengenai konteks pribadi dan profesional diplomat tersebut sebelum serangan.
Hal itu sekaligus mengungkap kemungkinan keterkaitan langsung, tidak langsung, atau situasional dengan lingkungan yang dikuasai mafia perdagangan manusia.
Lima pria Venezuela telah ditahan atas dugaan keterlibatan pembunuhan.
“Penangkapan dilakukan pada Selasa, 9 September, oleh Kepolisian Nasional, yang dalam operasi yang sama menyita pistol yang diduga digunakan untuk menembak pejabat Kedutaan Besar Indonesia tersebut,” demikian laporan media local El Nacional, Ahad (14/9/2025).
Laporan ahli yang dirilis oleh Canal N menyimpulkan bahwa peluru dalam senjata yang disita sama dengan peluru ditemukan di tubuh korban dan di TKP.
Salah satu dari lima tahanan juga merupakan pemilik sepeda motor yang diduga digunakan dalam serangan terhadap pejabat tersebut.**
Redaktur: Gusti Rangga
Sumber: CNN