JAKARTA, RMNEWS.ID – Perang Israel-Palestina saat ini masih berlangsung di Jalur Gaza, Palestina, hingga sejauh ini telah menewaskan 40.400 lebih warga.
Sebagian besar korban tewas di Gaza adalah anak-anak dan perempuan, menunjukkan kebrutalan serangan militer Zionis yang tak pandang bulu.
Pemahaman negara yang mendukung Israel pada artikel ini mengacu pada mereka yang menjadi pemasok persenjataan bagi negara Yahudi tersebut. Sejauh ini belum ada negara Barat sekutu-sekutu Israel yang mengumumkan embargo senjata, meski penggunaannya untuk menyerang rumah-rumah dan fasilitas sipil, sebagaimana dikutip dari iNews, Sabtu (31/8/2024).
Tekanan kepada negara-negara Barat untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel sebenarnya makin besar, namun tak digubris. Bahkan Amerika Serikat (AS) selaku sekutu utama Israel menegaskan tak akan menghentikan pengiriman senjata. Soal untuk apa penggunaannya oleh Israel, AS tak ikut campur.
Israel sebenarnya pengekspor senjata utama, namun militernya masih sangat bergantung dengan negara lain untuk pesawat-pesawat tempur, bom berpemandu, serta rudal-rudal, termasuk sistem pertahanan. Padahal Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB pada April lalu mendukung larangan senjata ke Israel. Sebanyak 28 negara mendukung, 13 abstain, dan 6 menentang, termasuk AS dan Jerman.
Berikut negara-negara yang masih mendukung Israel:
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat masih menjadi pemasok senjata terbesar bagi Israel hingga saat ini. Data Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengungkap, AS menyumbang 69 persen dari total impor senjata konvensional Israel pada periode 2019 hingga 2023.
Selain itu AS juga memberi bantuan militer tahunan ke Israel sebesar 3,8 miliar dolar AS sekitar Rp59 triliun (kurs saat ini) mengacu pada perjanjian 10 tahun. Tujuan dari perjanjian itu untuk membuat Israel lebih unggul dalam persenjataan dibandingkan negara-negara lain di kawasan.
Israel menggunakan uang tersebut untuk membeli jet tempur F-35 Joint Strike Fighters, pesawat siluman yang disebut-sebut paling canggih yang pernah dibuat. Berdasarkan data hingga April lalu, Israel telah memesan 75 unit dan menerima lebih dari 30 unit F-35. Bahkan, Israel menjadi negara pertama selain AS yang menerima F-35 serta yang pertama menggunakannya dalam pertempuran.
Sebagian dari bantuan tahunan tersebut, yakni 500 juta dolar, digunakan untuk mendanai program rudal pertahanan, termasuk sistem Iron Dome, Arrow, dan David’s Sling.
Bantuan AS untuk Israel ditambah lagi sejak perang 7 Oktober. Saat itu Presiden Joe Biden menegaskan bantuan militer tambahan kepada Israel.
Kementerian Pertahanan Israel menyatakan pada 26 Agustus lalu, sejak 7 Oktober AS telah mengirim pesawat ke-500 yang membawa persenjataan dalam operasi membantu perang. Jika ditotal, pemerintahan Biden telah mengirim Israel lebih dari 50.000 ton peralatan militer, baik yang bersifat ofensif maupun defensif.
Selain pasokan udara, AS juga melakukan 107 pengiriman pasokan militer melalui laut.
Media AS melaporkan, pemerintahan Biden diam-diam melakukan lebih dari 100 penjualan militer ke Israel, sebagian besar memiliki nilai di bawah yang mengharuskan Kongres mendapat pemberitahuan resmi. Penjualan tersebut mencakup ribuan amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, penghancur bunker, dan senjata ringan.
2. Jerman
Masih dari data SIPRI, Jerman merupakan eksportir senjata terbesar kedua ke Israel, menyumbang 30 persen dari total impor untuk periode 2019 hingga 2023. Pada 2023, penjualan senjata Jerman ke Israel bernilai 326,5 juta euro atau sekitar Rp5,6 triliun, naik 10 kali lipat dibandingkan pada 2022. Sebagian besar lisensi ekspor tersebut diberikan setelah perang 7 Oktober.
Pemerintah Jerman pada Januari lalu menjelaskan, penjualan tersebut meliputi peralatan militer senilai 306,4 juta euro dan senjata perang senilai 20,1 juta euro. Penjualan tersebut meliputi 3.000 senjata anti-tank portabel dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis.
Kanselir Olaf Scholz telah menjadi pendukung setia hak Israel untuk membela diri selama perang dan, meskipun nadanya terhadap tindakan Israel di Gaza telah berubah dalam beberapa minggu terakhir dan ada beberapa perdebatan di Jerman, penjualan senjata tampaknya tidak berisiko ditangguhkan.
3. Italia
Italia merupkan eksportir senjata terbesar ketiga ke Israel, meski hanya menyumbang 0,9 persen dari total impor pada periode 2019 hingga 2023. Impor tersebut mencakup helikopter dan artileri angkatan laut.
Data biro statistik nasional Italia ISTAT mengungkap, penjualan senjata dan amunisi ke Israel berjumlah 13,7 juta euro pada 2023.
Sekitar 2,1 juta euro ekspor disetujui antara Oktober dan Desember 2023. Anehnya, pemerintah Italia menjamin telah memblokir ekspor berdasarkan undang-undang (UU) yang melarang penjualan senjata ke negara-negara yang sedang berperang atau dianggap melanggar hak asasi manusia (HAM).
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto mengatakan kepada parlemen pada Maret, negaranya menghormati kontrak yang sudah dibuat. Setelah mengecek berdasarkan kasus per kasus, Italia memastikan kontrak tersebut tidak menyangkut bahan yang dapat digunakan untuk membunuh warga sipil.
4. Inggris
Menurut pemerintah, ekspor produk militer Inggris ke Israel relatif kecil, yaki hanya 42 juta poundsterling atau Rp856 miliar pada 2022.
Campaign Against Arms Trade (CAAT) menyatakan, sejak 2008, Inggris telah memberikan lisensi ekspor senjata ke Israel senilai total 574 juta poundsterling. Sebagian besar dari lisensi tersebut untuk komponen pesawat tempur buatan AS.
Perdana Menteri Rishi Sunak mengklaim negaranya memberlakukan izin ekspor sangat hati-hati seraya menegaskan Israel harus bertindak sesuai dengan hukum humaniter internasional.
Pemerintah juga sedang mempersiapkan penilaian yang akan memberi saran tentang risiko pelanggaran hukum internasional oleh Israel dalam tindakannya mulai awal 2024.
Meski demikian seorang sumber pejabat senior pemerintah menegaskan Inggris tak akan memberlakukan embargo senjata kepada Israel.
5. Kanada
Pemerintah Kanada menjual senjata ke Israel senilai 21,3 juta dolar Kanada atau sekitar Rp244 miliar pada 2022. Otoritas negara itu menyatakan pada Januari lalu telah menangguhkan izin eksor baru untuk senjata sampai memastikan senjata mereka digunakan sesuai dengan hukum Kanada.
Editor: Andika
Sumber: iNews