JAKARTA, RMNEWS.ID – Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Yayasan WWF Indonesia di kantor Kementerian KKP. Perjanjian kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat daya saing produk kelautan dan perikanan Indonesia serta menjawab tantangan ketahanan pangan global.
Kerja sama ini mendukung sistem pangan perairan (blue food system) berkelanjutan, sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Konferensi Kelautan PBB dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 2 (Ketahanan Pangan) dan SDG 14 (Konservasi Laut). Perjanjian kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur Jenderal PDSPKP, Budi Sulistiyo, dan Dewi Lestari Yani Rizki dari WWF-Indonesia.
Direktur Jenderal PDSPKP, Budi Sulistiyo, menekankan bahwa kemitraan ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa sektor perikanan Indonesia tetap kompetitif dan berkelanjutan. “Indonesia memiliki potensi besar dalam industri perikanan. Dengan kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa sektor ini tidak hanya menopang ekonomi nasional tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi nelayan kecil, UMKM, serta ekosistem laut,” ujarnya.
Sistem pangan perairan ini menjadi penting sebab Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi perikanan tangkap 12,01 juta ton per tahun (KKP, 2024), hingga dapat berkontribusi aktif untuk memastikan keberlanjutan pangan laut untuk kebutuhan pangan global. Sistem pangan perairan ini akan mendukung lebih dari 3 miliar orang di dunia yang bergantung pada pangan laut sebagai sumber protein utama (FAO, 2023).
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kerja sama ini berfokus pada penguatan akses pasar dan pemenuhan standar produk perikanan berkelanjutan, termasuk kepatuhan terhadap regulasi global seperti Marine Mammal Protection Act (MMPA), yang menjadi syarat ekspor ke Amerika Serikat.
Indonesia adalah salah satu eksportir utama produk perikanan, dengan nilai ekspor mencapai USD 6,24 miliar pada 2023 (KKP, 2024). Selain kepatuhan regulasi, kerja sama ini menitikberatkan pada penguatan sektor pengolahan ikan dan rumput laut, memastikan produk dapat ditelusuri asal-usulnya dan memenuhi prinsip keberlanjutan. Pendampingan akan diberikan kepada unit pengolahan ikan dan rumput laut untuk memperoleh sertifikasi global seperti Marine Stewardship Council (MSC) dan Aquaculture Stewardship Council (ASC). Selain itu, kerja sama ini akan membantu mengatasi hambatan ekspor udang tangkap dari Indonesia ke Amerika Serikat dan meningkatkan daya saing produk rumput laut. Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China (FAO, 2023).
PKS ini juga bertujuan memperkuat kewirausahaan dan ketahanan ekonomi nelayan serta pembudidaya ikan skala kecil melalui program sustainable livelihood. WWF-Indonesia bersama KKP akan mendorong pengembangan kewirausahaan perikanan skala kecil serta memperluas akses pasar bagi produk berbasis komunitas. Selain aspek produksi dan perdagangan, kerja sama ini menekankan pentingnya kesadaran publik dalam mendorong praktik perikanan yang bertanggung jawab. Kampanye edukasi akan digencarkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang konsumsi produk perikanan yang bersertifikat dan berkelanjutan.
Dewi Lestari Yani Rizki, Conservation Director WWF-Indonesia,”Penting untuk bekerja berkolaborasi secara multi-pihak, baik dengan pemerintah, masyarakat dan industri dalam memastikan sistem pangan perairan yang berkelanjutan”. Lanjut Dewi, “WWF-Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahwa praktik perikanan berkelanjutan dapat diterapkan. Dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya dan konservasi, kita dapat menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pesisir dimasa depan,” katanya.
PKS ini berlaku selama periode 2025–2029 dengan evaluasi tahunan untuk memastikan efektivitas implementasi dan peluang perpanjangan kerja sama. Melalui kemitraan ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam perikanan berkelanjutan di tingkat global, sekaligus memastikan bahwa pangan laut Indonesia tidak hanya berkualitas dan kompetitif, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir serta kesehatan ekosistem laut.
WWF-Indonesia memiliki peran dalam transformasi sektor perikanan Indonesia, terbukti sepanjang 2019–2024 ada sebanyak 57.908 ton seafood ramah lingkungan yang telah dihasilkan. Peranan ini, termasuk juga pendampingan untuk udang budidaya, yang hasilnya 62% dari 2.644 ton produksinya telah memperoleh sertifikasi ekolabel ASC.
Dalam bidang konservasi, WWF-Indonesia juga berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut serta pemantauan tangkapan sampingan (bycatch) di berbagai wilayah perikanan Indonesia. Hasilnya pantauan, dalam 2022–2024, tercatat 186 lumba-lumba tertangkap secara tidak sengaja di Selat Bali, dari 2.528 trip penangkapan menggunakan purse seine dan jaring insang. untuk mengurangi tangkapan samping pada mamalia laut ini, WWF-Indonesia mengembangkan teknologi inovatif seperti bola akrilik sebagai reflektor akustik dan lampu LED pada jaring insang.
Editor: Andika
Sumber: Skema Data Indonesia