JAKARTA, RMNEWS.ID – Pihak berwenang Filipina menangkap sekitar 100 orang pada Jumat (31/1/2025) dalam penggerebekan tersebut di sebuah lokasi yang diduga sebagai pusat operasi penipuan peminjaman online ilegal di Manila. Operasi ini bertujuan untuk membongkar praktik pemerasan terhadap para korban.
Penggerebekan yang berlangsung pada distrik keuangan Makati merupakan bagian dari tindakan tegas terhadap operator kejahatan online yang sering kali beroperasi dengan kedok perusahaan game.
Agen dari Komisi Anti-Kejahatan Terorganisasi Kepresidenan (PAOCC) dan Biro Investigasi Nasional, bersenjatakan senapan serbu, mengepung dua kantor lembaga peminjaman tersebut dan menangkap para tersangka saat mereka sedang bekerja di depan komputer.
Para tersangka, yang sebagian besar adalah warga negara Filipina berusia muda, diduga mencari korban melalui TikTok dan sosial media lainnya dengan menawarkan pinjaman online dengan dalih tanpa agunan hingga 25.000 peso (sekitar Rp 6,9 juta).
Para peminjam pinjol ilegal ini dikenakan bunga mingguan sebesar 35%, dan bagi mereka yang gagal membayar mereka akan dilecehkan, dipermalukan bahkan hingga diancam dengan penyebaran informasi pribadi secara daring, kata Direktur PAOCC Gilberto Cruz kepada wartawan.
“Sebagian korban mengalami gangguan mental, depresi, bahkan ada yang bunuh diri akibat pelecehan yang dilakukan,” jelas Cruz, dilansir dari Beritasatu.
Para tersangka dapat dijerat dengan tuduhan penipuan dan pelanggaran undang-undang kejahatan dunia maya.
Perusahaan yang digerebek, Wewill Tech Corp, diduga meminta korban untuk menyerahkan informasi pribadi dan foto keluarga, yang kemudian digunakan oleh para pelaku untuk melakukan pemerasan.
Beberapa korban pinjol ilegal ini melaporkan bahwa mereka menerima peti mati dan karangan bunga pemakaman yang dikirim ke rumah mereka sebagai bentuk ancaman.
Pihak berwenang tengah menyelidiki kewarganegaraan pemilik dari perusahaan tersebut. Cruz menambahkan bahwa sebelumnya, pihaknya telah menangkap warga negara China yang menjalankan operasi serupa.
Pemilik perusahaan penipuan ini diduga merupakan bagian dari sisa-sisa operator permainan daring yang dilarang oleh Presiden Ferdinand Marcos tahun lalu.
“Sebagian besar pekerja keyboard mereka adalah warga Filipina yang menipu sesama orang Filipina,” kata Cruz terkait penggerebekan pinjol ilegal ini.
Editor : Adhya
Sumber : Beritasatu