JAKARTA, RMNEWS.ID – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan menjalani operasi pengangkatan prostat pada Minggu (29/12/2024).
Menurut keterangan kantor PM, yang dikutip CNBC International pada Senin (30/12/2024), Netanyahu didiagnosis menderita infeksi saluran kemih yang berasal dari pembesaran prostat jinak pada Rabu (25/12/2024) lalu.
Infeksi tersebut berhasil diobati dengan antibiotik. Tetapi prosedur mengangkat prostatnya dilakukan akhir pekan kemarin.
“Komplikasi akibat pembesaran prostat umum terjadi pada pria berusia 70-an dan 80-an,” kata kepala layanan urologi onkologi di Rabin Medical Center Israel, Dr. Shay Golan, yang berbicara secara umum tentang prosedur tersebut dan tidak terlibat dalam perawatan atau pengobatan Netanyahu, kepada Radio Angkatan Darat Israel sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia.
Ia mengatakan bahwa prostat yang membesar dapat menghalangi pengosongan kandung kemih yang tepat. Hal itu menyebabkan penumpukan urin yang kemudian dapat menyebabkan infeksi atau komplikasi lainnya.
“Setelah perawatan medis, dokter dapat merekomendasikan prosedur untuk mengangkat prostat guna mencegah penyumbatan di masa mendatang,” jelas Golan.
Dalam kasus Netanyahu, karena prostatnya tidak bersifat kanker, Golan mengatakan dokter kemungkinan akan melakukan operasi endoskopi. Ini dilakukan dengan memasukkan instrumen kecil ke dalam rongga tubuh, daripada membuat sayatan bedah di perut untuk mencapai prostat.
Golan menyebut prosedur ini berlangsung sekitar satu jam dan pemulihannya cepat. Ia juga mengatakan bahwa selain penggunaan kateter selama satu hingga tiga hari setelah prosedur, pasien dapat kembali beraktivitas normal tanpa batasan yang berarti.
Sementara itu, Netanyahu menegaskan bahwa kesehatannya sangat baik dan kantornya telah berupaya untuk menciptakan citra publik yang mendukung hal itu. Namun, citra itu hancur tahun lalu ketika dokter Netanyahu mengungkapkan bahwa ia memiliki kondisi jantung, masalah yang tampaknya telah lama diketahuinya tetapi disembunyikan dari publik.
Seminggu setelah pingsan, Netanyahu segera dipasangi alat pacu jantung untuk mengendalikan detak jantungnya. Baru setelah itu staf di Sheba Medical Center mengungkapkan bahwa Netanyahu telah bertahun-tahun mengalami kondisi yang dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur.
Pengungkapan itu terjadi pada saat Netanyahu menghadapi protes antipemerintah besar-besaran. Berita tentang masalah jantung kronis memicu kemarahan dan ketidakpercayaan lebih lanjut pada saat polarisasi politik ekstrem di Israel.
Tahun lalu, Netanyahu dilarikan ke rumah sakit karena apa yang menurut dokter kemungkinan besar adalah dehidrasi, di mana ia menginap semalam, yang menyebabkan rapat Kabinet mingguannya ditunda.
Awal tahun ini, Netanyahu menjalani operasi hernia, di mana ia dibius total dan tidak sadarkan diri. Orang kepercayaannya, Menteri Kehakiman Yariv Levin, menjabat sebagai perdana menteri sementara selama operasi.
Netanyahu, yang saat ini berusia 75 tahun, termasuk dalam kelompok pemimpin dunia yang telah menua. Sama seperti Presiden AS Joe Biden yang berusia 82 tahun dan Presiden terpilih Donald Trump berusia 78 tahun, yang kesehatan dan kebugaran fisiknya sedang dalam pengawasan ketat baik di dalam maupun luar negeri karena usia mereka yang lanjut dan dampaknya terhadap kepemimpinan mereka.
Editor: Andika
Sumber: CNBC Indonesia