BATAM, RMNEWS.ID – Orang pertama Indonesia yang punya mobil di Indonesia akan menarik untuk dibahas. Walau banyak yang beranggapa bahwa orang pertama di Indonesia yang punya mobil pertama adalah Presiden Soekarno. Ternyata, orang pertama itu bukanlah dia.
Lantas siapa orang pertama Indonesia yang punya mobil?
Untuk itu, mari simak sejarahnya.
Orang Pertama Indonesia yang Punya Mobil
Melansir dari IDX, mobil kini menjadi salah satu alat transportasi yang paling diminati di Indonesia. Berdasarkan data dari Polri, jumlah mobil yang beredar di seluruh Indonesia mencapai 160 juta unit.
Namun, siapa sebenarnya pemilik mobil pertama di Indonesia? Sejarah mencatat bahwa sosok tersebut adalah Pakubuwana X, Raja Surakarta.
Pakubuwana X mulai memerintah Keraton Surakarta pada 30 Maret 1893, di tengah kejayaan kerajaan yang memiliki kekayaan melimpah. Menurut catatan Pakubuwana XII dan A. Mutholi’in dalam buku Karaton Surakarta (2004), kemakmuran ini didapat dari hasil industri gula yang berkembang pesat berkat pabrik-pabrik yang didirikan oleh para penguasa sebelumnya.
Industri gula ini menjadi salah satu pemain utama di Hindia Belanda, bersaing dengan pedagang Tionghoa terkenal, Oei Tiong Ham, yang mendominasi pasar gula saat itu.
Kekayaan kerajaan membuat Pakubuwana X hidup dengan gaya mewah. Salah satu wujud kemewahan tersebut adalah keinginannya untuk memiliki kendaraan bermesin, yang saat itu masih sangat langka di Hindia Belanda.
Pakubuwana X terinspirasi oleh John C. Potter, seorang teknisi asal Inggris yang tinggal di Surabaya. Potter dikenal sebagai pemilik sepeda motor pertama di Hindia Belanda sejak 1893. Tertarik dengan kendaraan bermesin, Pakubuwana X meminta Potter untuk membantu membeli mobil dari Eropa.
Jenis Mobilnya Pertama
Potter kemudian menghubungi perusahaan Prottle & Co di Surabaya untuk memproses pembelian mobil bagi raja. Pada tahun 1894, mobil bermerek Benz Viktoria, dengan mesin berkapasitas 2.000 cc, tiba di Surakarta.
Mobil ini dibeli dengan harga 10.000 gulden, dan menjadi mobil pertama yang diimpor serta dimiliki di Indonesia, seperti yang dicatat dalam buku Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012) karya James Luhulima.
Kehadiran mobil Benz Viktoria di halaman Keraton Surakarta bukan hanya sekadar simbol kemewahan, tetapi juga mengubah persepsi masyarakat tentang kekayaan. Jika sebelumnya kereta kuda menjadi simbol status tinggi, kini mobil mengambil alih posisi tersebut.
Kabar bahwa Pakubuwana X memiliki mobil menyebar luas dan mengejutkan banyak pihak, termasuk di kalangan pejabat Hindia Belanda. Bahkan, pada saat itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda maupun Ratu Belanda sendiri masih menggunakan kereta kuda sebagai alat transportasi utama mereka.
Mobil pertama ini memicu tren di kalangan elite Eropa di Hindia Belanda. Seiring waktu, semakin banyak mobil yang dibeli oleh para orang kaya di wilayah tersebut.
Mobil dengan cepat dianggap sebagai transportasi yang lebih efektif dibandingkan kereta kuda, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh rel kereta api.
Menurut J. Stroomberg dalam bukunya Hindia Belanda 1930 (2017), pada tahun 1928, jumlah kendaraan bermotor di Hindia Belanda meningkat pesat, dengan tercatat 40.155 mobil, 10.505 sepeda motor, 3.756 truk, dan 2.545 bus. Bahkan, sejak 1927, pabrik perakitan mobil telah didirikan di Tanjung Priuk, Batavia, yang mempercepat penyebaran penggunaan mobil di wilayah tersebut.
Kisah Pakubuwana X dan mobil pertamanya tidak hanya menjadi bagian dari sejarah transportasi di Indonesia, tetapi juga mencerminkan transformasi sosial dan ekonomi di masa kolonial Hindia Belanda. Mobil, yang dulu dianggap sebagai simbol kemewahan, kini telah menjadi alat transportasi yang esensial bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
Editor: Andika
Sumber: IDX