JAKARTA, RMNEWS.ID- Dengan dalih menjaga keamanan dalam negeri, Israel kini melakukan serangan ke tiga negara berbeda; Palestina, Lebanon dan Suriah. Seperti sebelumnya ketika mereka melakukan perang 6 hari, dengan Mesir, Suriah dan Jordan pada 1967.
Peningkatan Invasi Israel di Gaza sudah dimulai setelah seragan yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023 sampai sekarang.
Hingga, Senin (20/9/2024), Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa jumlah korban tewas akibat serangan militer Israel ke Gaza menjadi 41.595 warga, dengan lebih dari 96.251 lainnya terluka.
Tekanan interasional tak membuat Israel menghentikan agresi dan invasi mereka ke Gaza dengan taktik ground battle. Perserikatan Bangsa Bangsa juga tidak bisa berbuat apa apa.
“Pembantaian yang sedang berlangsung, genosida oleh Israel di Gaza adalah parodi keadilan dan sistem internasional,” kata Presiden Maladewa Mohamed Muizzu dikutip Al Jazeera.
Belum selesai di Gaza, Israel membuat geger dengan serangkain aksi pengemboman mula dari pager, walkie-talkie sampai serangan udara yang menggunakan bom buatan Amerika Serikat.
Dalam kasus bom pager, 12 orang dikabarkan meninggal dan ribuan lainnya mengalami luka ketika ribuan pager meledak di supermarket, jalanan, dan rumah-rumah di seluruh negeri.
Sedangkan dalam bom walkie-talkie, jumlah korban lebih besar lagi yaitu 37 orang. Beberapa ledakan terjadi di pemakaman anggota Hizbullah yang meninggal pada hari sebelumnya karena bom pager.
Tak cukup sampai disitu, pada 23 September 2024 angkatan udara Israel membombardir Lebon Selatan dengan dalih menargetkan lokasi yang disebut sebagai basis Hizbullah.
Serangan yang telah berlangsung hampir sepakan terebut disebut telah merenggut 100 nyawa dan ribuan luka luka, sedangkan satu juta lebih kehilangan tempat tinggal.
Dalam daftar yang tewas adalah petinggi Hizbullah seperti Hassan Nasrallah. Selain itu, ada enam lainnya yang disebut ikut tewas dalam serangan udara Israel yang menggunakan bom seberat 900 kg termasuk bom buatan Amerika Serikat.
Editor: Gusti Rangga
Sumber: CNBC