JAKARTA, RMNEWS.ID- Israel disebut telah melakukan pelanggaran hukum perang menyusul insiden ledakan pager dan walkie-talkie di Lebanon.
Meski belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas tragedi tersebut, semua jari menunjuk ke Israel sebagai pelaku.
Dalam dua hari terakhir, Lebanon diguncang ledakan yang berasal dari ribuan pager pada Selasa (17/9/2024) yang menyebabkan belasan orang meninggal. Selanjutnya pada Rabu (18/9) giliran walkie-talkie meledak yang juga menelan korban jiwa.
Diperkirakan ada 30 warga Lebanon yang meninggal karena tindakan kontra intelijen yang diduga dilakukan agen rahasia Israel, Mossad. Para ahli sepakat, ledakan perangkat komunikasi nirkabel di Lebanon minggu ini dalam serangkaian serangan yang kemungkinan merupakan pelanggaran hukum perang.
“Anda tidak boleh memasang bom pada objek yang kemungkinan besar diambil dan digunakan oleh warga sipil, atau objek yang secara umum digunakan oleh warga sipil,” kata Sarah Leah Whitson, seorang pengacara dan direktur kelompok hak asasi manusia yang berbasis di AS, Democracy for the Arab World Now (DAWN) dikutip dari CNN.
Rangkaian ledakan yang terjadi bersamaan itu juga memicu kepanikan di negara berpenduduk lebih dari lima juta orang itu, dengan pusat-pusat medis menghadapi banjir pasien yang terluka dan warga berlarian ke jalan, ketakutan dan bingung.
Selain Israel, tekanan juga diarahkan pada Amerika Serikat (AS) sekutu setia negara zionis tersebut. Ditanya wartawan tentang apa yang terjadi di Lebanon, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller hanya mengatakan jika Washington tidak terlibat dalam serangan itu.
AS juga tidak diberi pemberitahuan sebelumnya bahwa serangan itu akan terjadi. “Kami konsisten, ingin melihat penyelesaian diplomatik atas konflik antara Israel dan Hizbullah,” kata Miller.
Saat didesak jika AS memiliki kemampuan menghentikan tindakan semena mena Israel, karena dukungan dana dan diplomasi, Miller menyebut pertanyaan itu bukan untuk mereka.
Menurut Miller, pertanyaan tersebut berlaku untuk Israel, Hizbullah, dan semua negara lain di kawasan itu tentang jenis kawasan. ““Jadi Amerika Serikat akan terus mendorong penyelesaian diplomatik,” tandasnya.
Editor: Gusti Rangga
Sumber: CNN