JAKARTA, RMNEWS.ID – Peternak ayam di dalam negeri mengeluhkan masih mahalnya harga-harga sarana produksi peternakan (sapronak) yang harus ditanggung. Mulai dari harga anakan ayam (day old chicken/ DOC), pakan ternak, vaksin, vitamin, dan obat-obatan.
Akibatnya, biaya yang dikeluarkan untuk beternak hingga menghasilkan ayam yang siap potong menjadi lebih besar. Karena kondisi itu peternak mengaku tekor.
Di sisi lain, harga daging ayam dilaporkan jadi salah satu penyumbang deflasi di bulan Juni 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Juni 2024, di mana kelompok penyumbang deflasi terbesar ada makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,14%. Pada kelompok ini ada daging ayam ras dengan menyumbang deflasi 0,05%.
Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni menuturkan, salah satu komponen biaya yang bertahan mahal adalah biaya pakan ternak.
“Harga pakan itu tidak ada penurunan. Misalnya jagung, dari harganya masih Rp9.000 (per kg) sekarang sudah sekitar Rp5.000 (per kg), tapi harga pakannya tidak turun-turun seperti apa yang terjadi pada penurunan harga jagung. Margin perusahaan pakan itu tetap tinggi,” ucap Pardjuni, dikutip dari CNBC, Senin (22/7/2024).
Di saat bersamaan, harga DOC juga mengalami kenaikan sampai 60%. Menambah beban bagi biaya produksi.
“Sebelum bulan Mei itu harga bibit (DOC) kira-kira sekitar Rp5.000 sampai Rp5.500 lah saya hitung rata-rata ya, tetapi kemarin naik sampai Rp8.000. Berarti mungkin ada kenaikan kira-kira sekitar 60% dari harga bibit. Itu bebannya bisa ada di HPP (harga pokok produksi), di peternak rakyat atau di produsen ayam peternak mandiri,” katanya.
“Harga jual ayam hidup di kandang saat ini adalah Rp19.000-20.000 per kg. Sementara biaya pokok produksinya di atas Rp20.000-Rp21.000 (per kg),” ungkap Pardjuni.
Pardjuni lalu membandingkan kondisi harga saat harga anakan ayam (DOC) masih belum seperti sekarang.
“Dengan DOC di bawah Rp6.000 ya itu otomatis HPP kita mungkin bisa sekitar Rp33.000-Rp34.000 (per kg) itu sudah untung ya. Tetapi sekarang ini, dengan HPP naik sampai Rp2.000 untuk DOC dan pakannya juga tidak turun-turun, perkiraan saya untuk harga Rp36.000 (per kg di masyarakat) itu bagi peternak rakyat masih minus (atau rugi),” ucapnya.
“Karena harga ayam hidup saat harga DOC di bawah Rp6.000 itu harganya Rp20.000, sekarang pun dengan harga DOC yang sudah naik di angka Rp8.000, harga jual ayam hidup di kandang rata-rata nasionalnya masih tetap di angka Rp19.000-Rp20.000 per kg, tidak ada kenaikan,” jelasnya.
Karena itu, lanjut Pardjuni, jika kemudian BPS mengumumkan daging ayam jadi salah satu penyumbang deflasi di bulan Juni 2024, hal itu karena daya beli konsumen yang rendah.
“Kalau terjadi deflasi, penurunan harga tidak dinikmati peternak. Deflasi bukan karena harga-harga turun, tapi justru harga-harga masih mahal. Tapi karena ada penurunan daya beli masyarakat,” ungkap Pardjuni.
Sementara itu, Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga daging ayam ras hari ini, Kamis (4/7/2024), turun Rp160 ke Rp36.170 per kg dan telur ayam ras turun harga Rp60 ke Rp29.520 per kg.
Sepekan lalu, 27 Juni 2024, harga daging ayam masih bertengger di Rp36.470 per kg dan telur ayam masih di Rp29.760 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran.
Grafik rata-rata bulanan Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga daging ayam terus menanjak sejak awal tahun 2024 dan memuncak ke Rp38.450 per kg, terjadi di bulan April. Sejak saat itu, harga daging ayam terpantau terus melandai.
Editor:Andika
Sumber:CNBC